
Ini adalah kali ke dua saya makan Coto Makassar di rumah makan, bukan di rumah sodara lagi arisan atau pas lebaran. Yang pertama di Sudi Mampir Rapak, dan ini yang ke dua dan sekaligus pertama kalinya saya makan di warung di belakang Pasar Blauran. Saya bener2 belum pernah tahu Coto Makassar Haji Kasim ini, walaupun ke Pasar Blauran udah gak keitung lagi. Begitu melihat tempatnya, dan ramainya pembeli, pasti Coto Makassar ini udah sangat terkenal dan rasanya gak pernah berubah.
Kami bertiga Mama Faza dan Mama Ocha, pulang pengajian dari At-Taqwa kemarin, pengen nongkrong di mana ya, terus Mama Faza ngusulin, "makan Coto di belakang situ yuk.." Begitu nyampe, kami memilih duduk di kursi yang menghadap ke laut, yang tempatnya terpisah dari bangunan rumah makan utama di seberangnya.
Ada satu hal yang saya sayangkan, pas Mama Faza minta ke pelayannya untuk mengangkat mangkok kotor bekas pembeli sebelumnya dengan sampah bungkus ketupat dan botol Aqua, eh, sampah2nya dengan enteng sekali dia lempar ke pantai, dan dia bawa mangkoknya aja sama gelasnya. Spontan aja Mama Faza jengkel, "Lho, kalo cuma ngelemparin sampah ke situ, tadi saya gak minta tolong sampeyan.." katanya. Padahal waktu itu pas banget, kami lagi ngobrolin Mama Faza pengen mensterilkan parit besar di bawah Gunung Polisi dari sampah. Bahkan kalau bisa, dibuatkan Perda tentang kebersihan parit dan saluran air di Balikpapan. Eh, ada yang buang sampah seenaknya di depan dia.. hahaha..

